Kamis, 20 November 2008

Ini adalah sebuah gambaran kehidupan,

> yang aku rasakan selama ini, dimana,

> telah lama saya merasakan, bahwa hati

> manusia, kini telah berubah, menjadi

> dingin dan beku. tapi sebuah peristiwa, yang terjadi beberapa tahun

> yang lalu, telah membuktikan pada diriku, bahwa pandanganku selama ini

> akan hal itu, adalah suatu kesalahan yang besar.

> Seperti hari - hari biasanya, aku sibuk seharian ditoko kecilku,

> melayani para pelanggan disekitar daerah tokoku. dan saat jam

> didinding menunjukkan pukul 01. 30 pagi, aku memutuskan untuk menutup

> toko. namun, tak lama setelah menutup toko, dan bersiap - siap untuk

> kembali ke rumahku, terdengar bunyi dering bell, dari depan toko. aku

> cuma berguman dalam hatiku saat itu "

> huh...dasar kelelawar malam, bukannya

> dari tadi sebelumnya datang belanja ".

> dan dengan wajah yang sedikit ketus,

> aku menuju pintu depan. namun, saat aku membuka pintu, mataku melihat

> seorang gadis kecil berusia kira - kira 16 tahun. gadis itu sangat

> terlihat kumal dengan pakaian yang sudah usang. saat aku menatap

> matanya, dia kemudian mengangkat kedua tangannya, dengan menggenggam

> sebuah kertas, yang bertuliskan " aku benar - benar minta maaf jika

> aku telah mengganggu anda, dan akupun tak dapat berbicara. namun,

> bolehkah aku memohon bantuanmu? ".

> Aku kemudian mengangguk, tanda mengerti maksudnya. aku kemudian

> mengeluarkan beberapa uang receh dari kantong celanaku. namun, apa

> yang terjadi?

> gadis kecil itu menolaknya dengan

> halus. dia kemudian menunjuk tumpukan

> kardus bekas didalam tokoku. ternyata, dia membutuhkan kardus - kardus

> bekas itu. aku kemudian mengangguk lagi, tanda mengerti maksudnya.

> kemudian aku mengumpulkan kardus - kardus bekas itu, untuk diberikan

> kepadanya. dan dari sejak itu, setiap jam 01.30 pagi, dia selalu

> datang ketokoku, untuk meminta hal yang sama. dan setelah beberapa

> minggu, tanpa aku sadari, aku telah menjalin hubungan persahabatan

> dengannya.

> Namun, aku masih menyisakan pertanyaan didalam hatiku, mengenai

> kedatangan dia setiap jam 01. 30 pagi. dan dengan perasaan ingin tahu,

> saat dia datang ke tokoku seperti biasanya, aku menuliskan

> pertanyaanku disebuah kertas, dan menunjukkan padanya " mengapa engkau

> mengumpulkan kardus - kardus bekas itu?

> apakah kedua orang tuamu tidak

> khawatir, kalau engkau berjalan

> sendirian, dalam jam - jam ini? ".

> kemudian dia meminta secarik kertas dan sebatang pensil padaku, untuk

> menuliskan jawaban dari pertanyaanku kepadanya. dan, ternyata, jawaban

> yang dia berikan, sepertinya telah membuka tabir masa lalunya, yang

> amat sangat menyakitkan. dengan kucuran air mata di pipinya, dia

> menuliskan jawaban pertanyaanku tersebut.

> Aku merasa tersentak dan tersentuh hati kecilku. dalam hatiku, aku

> berguman "

> Ya Tuhan, betapa besarnya derita, yang dia harus tanggung dalam

> usianya saat ini. sebelum ibunya melahirkan adiknya, ayahnya telah

> lebih dulu " menemui "

> Engkau. dan beberapa lama setelah

> adiknya tak menyusui lagi, sang ibu pun menelantarkan mereka dan pergi

> entah kemana. gadis cilik yang bisu ini, harus berjuang sendirian,

> untuk membiayai hidupnya dan adiknya, yang masih sangat kecil. tak ada

> pekerjaan lain, yang bisa dia lakukan lagi, selain hanya mengumpulkan

> kardus - kardus bekas, untuk dijual, demi untuk membeli sesuap nasi,

> untuk dirinya, dan adiknya, yang masih sangat kecil tersebut ".

> Aku merasakan kepedihan yang amat

> sangat dari dalam hatiku. seolah -

> olah, aku ingin menangis dan menjerit

> sekeras - kerasnya, saat dimana, aku

> merasa hidupku, sudah termasuk sangat

> beruntung sekali selama ini, namun,

> ternyata aku tak pernah mengucap

> syukur. dan saat ini, Engkau

> menunjukkan padaku, kisah perjalanan

> hidup, seorang gadis kecil, yang amat

> sangat menyakitkan. dimana, dalam

> usianya yang masih sangat muda saat

> ini, dia harus berjuang sendirian, demi meneruskan hidupnya dan adik

> kecilnya, dan tak mengenal kata menyerah, pada kerasnya tuntutan hidup

> ini.

> Sejak saat itu, setiap kali aku

> mengumpulkan kardus - kardus bekas,

> untuk diberikan kepadanya, aku

> memasukkan beberapa bungkus roti dan

> beberapa botol air mineral, dengan

> harapan, paling tidak, aku bisa sedikit membantu, untuk meringankan

> beban hidupnya. selama ini, aku memang tidak pernah mengucap syukur

> pada Tuhan, namun, tapi paling tidak, biarlah aku masih bisa membantu

> gadis cilik ini, untuk meringankan beban hidupnya. dan entah kenapa,

> hatiku menggerakkan badanku juga, untuk mencarikan bantuan, dari pihak

> - pihak lain, yang bersedia mengulurkan tangannya, untuk membantu sang

> gadis cilik ini, yang telah membuka mataku, akan pahitnya kehidupan

> ini.

> Dan selang beberapa minggu, sang gadis cilik tersebut, tidak pernah

> datang lagi ke tokoku seperti biasanya. dalam hatiku, aku merasakan

> kekhawatiran yang amat sangat. penuh pertanyaan didalam batinku,

> memikirkan kemungkinan apakah yang terjadi atas dirinya. apakah ada

> malapetaka, apakah dia sedang sakit, dan masih banyak lagi, pertanyaan

> - pertanyaan lainnya. dalam hatiku pun, aku masih sempat berguman " Oh

> Tuhan, kenapa aku sebelumnya tidak ingat, untuk menanyakan alamatnya?

> sehingga aku tak tahu dimana ia tinggal, dan akupun tak bisa

> mengunjunginya.

> Dan ketika suatu hari, aku hendak

> menutup tokoku, aku menemukan sebuah

> amplop, yang bertuliskan namaku.

> kemudian aku membuka amplop itu, dan

> dalam secarik kertas, tertulis " Kak,

> terima kasih banyak ya, atas bantuan

> kakak selama ini. aku dan adikku saat

> ini, telah menjadi anak angkat, dari

> sebuah keluarga yang baik dan saat ini, kehidupan kami telah berubah.

> aku benar - benar minta maaf, jika selama ini, aku telah banyak

> menyusahkan kakak. aku tidak akan pernah bisa membalas kebaikan kakak,

> namun dalam doaku selama ini, nama kakak telah aku sampaikan kepada

> Bapa disurga, dan biarlah Bapa sendiri, yang akan membalas kebaikan

> kakak selama ini. dan sekali lagi, terima kasih banyak ya kakak ".

> Sepucuk surat yang amat singkat, namun, tanpa aku sadari, air mataku

> telah mengalir dengan deras di pipiku. dan sekarang aku telah sadar,

> bahwa ternyata, cinta itu, masih memiliki tempat dibumi. kemudian aku

> menyimpan surat itu baik - baik

Tidak ada komentar: