Kamis, 20 November 2008

SEGELAS SUSU

Suatu hari seorang anak miskin sedang berjualan dari rumah ke rumah untuk membiayai sekolahnya. Ia merasa lapar dan haus, tapi sayangnya ia hanya mempunyai sedikit sekali uang. Anak itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah tersebut. Tetapi, saat seorang gadis muda membukakan pintu, ia kehilangan keberaniannya.

Akhirnya ia hanya meminta segelas air putih untuk mena warkan dahaga. Gadis muda itu berpikir pastilah anak ini merasa lapar, maka dibawakannya satu gelas susu untuk anak tersebut. Ia meminumnya perlahan, kemudian bertanya, “Berapakah saya harus membayar kepada Anda?”

“Kamu tidak berhutang apapun kepada saya,” jawabnya. “Ibuku mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk perbuatan baik yang kami lakukan.” Anak itu menjawab, “Kalau begitu, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam.” Saat Howard Kelly, anak kecil yang miskin itu meninggalkan rumah tersebut, dia bukan hanya merasa badannya lebih segar tetapi keyakinannya pada Tuhan dan sesama manusia menjadi lebih kuat. Sebelumnya dia sudah merasa putus asa dan hampir menyerah.

Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari ada wanita yang mengalami sakit parah. Dokter yang menanganinya merasa bingung dan akhirnya mengirim wanita itu ke kota besar untuk mendapatkan pertolongan spesialis. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk berkonsultasi. Ketika ia mendengar nama kota tempat asal pasien, ia segera pergi ke kamar tempat wanita tersebut dirawat. Dia langsung mengenali wanita tersebut dan memutuskan untuk melakukan hal yang terbaik yang bisa ia usahakan untuk menolongnya. Sejak hari itu, ia memberikan perhatian khusus pada kasus ini.

Setelah melewati perjuangan panjang, akhirnya perjuangan pun dapat dimenangkan. Dr. Howard Kelly dipanggil oleh pihak administrasi untuk menandatangani kuitansi biaya yang harus dibayarkan oleh wanita itu kepadanya. Dia melihat kuitansi tersebut, dan kemudian menuliskan sesuatu. Kuitansi tersebut lalu dikirim ke kamar perawatan si wanita. Wanita tersebut merasa takut untuk membukanya, karena ia merasa yakin bahwa ia tidak akan mampu membayarnya. Akhirnya dengan menguatkan hati ia melihat ke kuitansi tersebut. Sebuah tulisan pada kuitansi telah menarik perhatiannya. Ia membaca tulisan itu: “Telah dibayar penuh dengan Satu Gelas Susu.” Tertanda, Dr. Howard Kelly.

Air mata mengalir saat hatinya yang bahagia mengucapkan doa dan pujian: “Terima kasih Tuhan, kasihMu telah memancar melalui hati dan tangan manusia.”

“Ukuran manusia bukanlah berapa besar imannya, tetapi berapa besar kasihnya.”

PASANGAN DARI TUHAN


Bertahun-tahun yang lalu, saya berdoa kepada Tuhan untuk memberikan saya
pasangan, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab.

Tidak hanya saya meminta kepada Tuhan, saya menjelaskan kriteria pasangan
yang saya inginkan.

Saya menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni,
hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian.

Saya bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama
ini saya impikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, saya menambahkan daftar kriteria yang
saya inginkan dalam pasangan saya.

Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hati saya," HambaKu, Aku tidak
dapat memberikan apa yang engkau inginkan."

Saya bertanya, "Mengapa Tuhan ?" dan Ia menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan
dan Aku adalah Adil.

Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."

Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat
memperoleh apa yang aku pinta dariMu ?"

Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskannya kepadaMu. Adalah suatu ketidakadilan
dan ketidak benaran bagiKu untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau.

Tidaklah adil bagiKu untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta
dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni; tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."

Kemudian Ia berkata kepada saya, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan
kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu.

Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan
melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu.

Engkau dan pasanganmu akan saling
menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu
kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna.

"Aku memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu."

" GOD NOT GIVING ME A PERFECT PERSON TO BE LOVED, BUT GOD GIVING ME UNPERFECT ONE TO BE LOVED SO WE CAN FULLFILL AND PERFECT EACH OTHER

Seorang wanita bertanya pada seorang pria tentang cinta dan harapan........

Wanita berkata ingin menjadi bunga terindah di dunia dan pria berkata
ingin menjadi matahari.

Wanita tidak mengerti kenapa pria ingin jadi matahari, bukan kupu kupu
atau kumbang yang bisa terus menemani bunga...

Wanita berkata ingin menjadi rembulan dan pria berkata ingin tetap menjadi matahari.

Wanita semakin bingung karena matahari dan bulan tidak bisa bertemu, tetapi pria ingin tetap jadi matahari....

Wanita berkata ingin menjadi
Phoenix... yang bisa terbang ke langit
jauh di atas matahari, dan pria berkata ia akan selalu menjadi
matahari....

Wanita tersenyum pahit dan kecewa. Wanita sudah berubah tiga kali...
namun pria tetap keras kepala ingin jadi matahari, tanpa mau ikut berubah bersama wanita.

Maka wanita pun pergi dan tak pernah lagi kembali tanpa pernah tahu alasan kenapa pria tetap menjadi matahari....

Pria merenung sendiri dan menatap matahari.

Saat wanita jadi bunga, pria ingin menjadi matahari agar bunga dapat
terus hidup.

Matahari akan memberikan semua sinarnya untuk bunga agar ia tumbuh, berkembang... dan terus hidup sebagai bunga yang cantik.

Walau matahari tahu ia hanya dapat memandang dari jauh dan pada akhirnya kupu kupu yang akan menari bersama bunga.

Ini disebut Kasih..... yaitu memberi tanpa pamrih.

Saat wanita jadi bulan, pria tetap menjadi matahari..... agar bulan dapat terus bersinar indah dan dikagumi. Cahaya bulan yang indah hanyalah pantulan cahaya matahari, tetapi saat semua makhluk mengagumi bulan, siapakah yang ingat kepada matahari?

Matahari rela memberikan cahayanya untuk bulan walaupun ia sendiri tidak bisa menikmati cahaya bulan... dilupakan jasanya dan kehilangan
kemuliaannya sebagai pemberi cahaya agar bulan mendapatkan kemuliaan tersebut....

Ini disebut dengan Pengorbanan...
menyakitkan namun sangat layak untuk cinta.

Saat wanita jadi phoenix yang dapat terbang tinggi, jauh ke langit bahkan di atas matahari... Pria tetap selalu jadi matahari agar
phoenix bebas untuk pergi kapan pun ia mau dan matahari tidak akan
mencegahnya. Matahari rela melepaskan phoenix untuk
pergi jauh, namun matahari akan selalu menyimpan cinta yang membara di dalam hatinya hanya untuk phoenix.

Matahari selalu ada untuk phoenix kapan pun ia mau kembali walau phoenix tidak selalu ada untuk matahari. Tidak akan ada makhluk lain selain phoenix yang bisa masuk ke dalam matahari dan mendapatkan cintanya.....

Ini disebut dengan Kesetiaan.....
walaupun ditinggal pergi dan dikhianati, namun tetap menanti dan
mau memaafkan.

Untuk para wanita.....
Siapakah Matahari yang ada di dalam kehidupanmu??
Bila engkau sudah menemukan dan melihat Matahari dalam
kehidupanmu...pergi, lihat dan jangan pernah meninggalkannya.

=====
Sebenarnya apa yang diharapkan seorang wanita dari pria?

Banyak alasan yang biasa dikemukakan oleh wanita tatkala ketika dia ditanya mengenai yang satu ini. Jawabannya tentu bermacam-macam, ada yang mengatakan:
- uang menjadi penentu hubungan mereka
- ada yang memilih pria karena dia tampan (atau secara fisik, dia lebih ok dari calon yang lain)
- ada yang bilang "karena saya suka sama dia" lalu tidak mencari alasan kenapa dia menyukainya
- ada juga yang takut untuk menjalin hubungan dengan pria karena takut untuk kehilangan dia (berpisah, dll)
- ada yang takut dengan background keluarga pria, baik itu buruk ataupun bagus. mis: keluarga pria ada yang narkoba, ada yang bodoh,dll.
- atau yang lebih parah lagi ada yang takut menjalin hubungan karena background masa lalu (mungkin karena trauma berpisah dengan pacar bahkan ada yang trauma karena pernah kehilangan keperawanannya dan ditinggal sang pacar).
- dan masih banyak lagi yang lain yang mungkin saja bervariasi antara wanita yang satu dengan yang lain.

Ketika saya menulis email ini saya lagi mendengarkan lagu "i've never been to me". Lagu lama sih.. tapi mengandung arti yang sangat dalam dibalik kisah suksesnya lagu ini oleh sang penyanyi. Cermati liriknya dan kamu dapat melihat seorang laki-laki bukan hanya dari segi fisik, material, ataupun backgroundnya tapi lebih daripada itu anda akan melihat point of view-nya pria ketika mencipta sebuah lagu (lagu i've never been to me diciptakan oleh seorang laki-laki untuk istrinya). mungkin juga mendapatkan tambahan inspirasi (seperti saya). terima kasih.

SEBUAH KISAH YANG INDAH
-Menjadi orang yang berpikir positif-

Jerry adalah seorang manager restoran di Amerika. Dia selalu dalam
semangat yang baik dan selalu punya hal positif untuk dikatakan. Jika
seseorang bertanya kepadanya tentang apa yang sedang dia kerjakan, dia akan selalu menjawab, " Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar!"

Banyak pelayan di restorannya keluar jika Jerry pindah kerja, sehingga
mereka dapat tetap mengikutinya dari satu restoran ke restoran yang lain.
Alasan mengapa para pelayan restoran tersebut keluar mengikuti Jerry
adalah karena sikapnya.

Jerry adalah seorang motivator alami. jika karyawannya sedang mengalami hari yang buruk, dia selalu ada di
sana, memberitahu karyawan tersebut bagaimana melihat sisi positif dari situasi yang tengah dialaminya.

Melihat
gaya tersebut benar-benar membuat aku penasaran, jadi suatu hari aku temui Jerry dan bertanya padanya, "Aku tidak mengerti! Tidak mungkin seseorang menjadi orang yang berpikiran positif sepanjang waktu. Bagaimana kamu dapat melakukannya?" Jerry menjawab, "Tiap pagi aku bangun dan berkata pada diriku, aku punya dua pilihan hari ini. Aku dapat memilih untuk ada di dalam suasana yang baik atau memilih dalam suasana yang jelek. Aku selalu memilih
dalam suasana yang baik. Tiap kali sesuatu terjadi, aku dapat memilih
untuk menjadi korban atau aku belajar dari kejadian itu. Aku selalu memilih belajar dari hal itu. Setiap ada sesorang menyampaikan keluhan, aku dapat memilih untuk menerima keluhan mereka atau aku dapat mengambil sisi positifnya. Aku selalu memilih sisi positifnya."
"Tetapi tidak selalu semudah itu," protesku. "Ya, memang begitu," kata Jerry, "
Hidup adalah sebuah pilihan. Saat kamu membuang seluruh masalah, setiap keadaan adalah sebuah pilihan. Kamu memilih bagaimana bereaksi terhadap semua keadaan.
Kamu memilih bagaimana orang-orang disekelilingmu terpengaruh oleh
keadaanmu.
Kamu memilih untuk ada dalam keadaan yang baik atau buruk. Itu adalah pilihanmu, bagaimana kamu hidup."

Beberapa tahun kemudian, aku dengar Jerry mengalami musibah yang tak pernah terpikirkan terjadi dalam bisnis restoran: membiarkan pintu
belakang tidak terkunci pada suatu pagi dan dirampok oleh tiga orang bersenjata.
Saat mencoba membuka brankas, tangannya gemetaran karena gugup dan salah memutar nomor kombinasi.
Para perampok panik dan menembaknya. Untungnya, Jerry cepat ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit.

Setelah menjalani operasi selama 18 jam dan seminggu perawatan intensif,Jerry dapat meninggalkan rumah sakit dengan beberapa bagian peluru masih berada di dalam tubuhnya. Aku melihat Jerry enam bulan setelah musibah tersebut.
Saat aku tanya Jerry bagaimana keadaannya, dia menjawab, "Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar. Mau melihat bekas luka-lukaku?" Aku menunduk untuk melihat luka-lukanya, tetapi aku masih juga bertanya apa yang dia pikirkan saat terjadinya perampokan.

"Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah bahwa aku harus
mengunci pintu belakang," jawab Jerry. "Kemudian setelah mereka menembak dan aku tergeletak di lantai, aku ingat bahwa aku punya dua pilihan: aku dapat memilih untuk hidup atau mati. Aku memilih untuk hidup."

"Apakah kamu tidak takut?" tanyaku. Jerry melanjutkan, "
Para ahli
medisnya hebat. Mereka terus berkata bahwa aku akan sembuh. Tapi saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat dan melihat ekspresi wajah para dokter dan suster aku jadi takut. Mata mereka berkata 'Orang ini akan mati'. Aku tahu aku harus mengambil tindakan."

"Apa yang kamu lakukan?" tanya saya. "Disana ada suster gemuk yang
bertanya padaku," kata Jerry. "Dia bertanya apakah aku punya alergi. 'Ya' jawabku.
Para dokter dan suster berhenti bekerja dan mereka menunggu jawabanku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, 'Peluru!' Ditengah tertawa mereka aku katakan, ' Aku memilih untuk hidup. Tolong aku dioperasi sebagai orang hidup, bukan orang mati'."

Jerry dapat hidup karena keahlian para dokter, tetapi juga karena
sikapnya hidupnya yang mengagumkan.

Aku belajar dari dia bahwa tiap hari kamu dapat memilih apakah kamu akan menikmati hidupmu atau membencinya.

Satu hal yang benar-benar milikmu yang tidak bisa dikontrol oleh orang lain adalah sikap hidupmu, sehingga jika kamu bisa mengendalikannya dan segala hal dalam hidup akan jadi lebih mudah.

Nama saya Lily , kami tinggal di sebuah kota kecil di Menado. Sejak muda Ibu saya senang sekali menari, oleh sebab itulah ketika Hari perkawinannya Ayah memohon agar tarian yang terakhir diberikan hanya untuk dia seorang, maka dari itulah lagu pertama pada saat mereka menari adalah „The Last Waltz“ dari Engelbert Humperdinck, Dan rupanya ini benar-benar menjadi kenyataan,

Karena beberapa bulan kemudian pada saat ibu melahirkan saya, ibu meninggal dunia.

Daddy – begitulah panggilan saya terhadap ayah. Karena kasihnya kepada ibu, Daddy tidak pernah mau menikah lagi. Saya dibesarkan hanya oleh Daddy Dan Nenek saya, Dan setiap malam Natal sudah merupakan tradisi bagi Daddy untuk selalu mengalunkan lagu kesayangannya “The Last Waltz”, sambil mengingat Ibu. Ketika saya berusia lima tahun, Daddy mengajar saya menari waltz.

Sejak saat itu, setiap malam Natal, kami menari waltz berdua. Pada Hari ulang tahun saya yang kedua belas, yang bertepatan dengan malam tahun baru, Daddy memberikan kepada saya hadiah berupa long dress warna merah, Dan kami berdua menari waltz bersama.

Pada saat tersebut, saya benar-benar merasa seperti juga sang putri dalam kisah Cinderella yang sedang menari dengan sang pangeran. Daddy mengasihi saya sehingga hampir semua permohonan saya selalu dikabulkan olehnya, IA benar-benar mengabdikan hidupnya hanya untuk saya seorang.

Seharian Daddy harus bekerja di kantor, jadi satu-satunya yang membimbing saya di rumah adalah Nenek, hal ini mengakibatkan saya terlibat pergaulan bebas, Dan akhirnya mulai ketagihan narkoba. Hampir setiap Hari saya pulang ke rumah setelah jauh malam.

Walaupun demikian Daddy selalu menunggu kedatangan saya dengan sabar IA baru bisa tidur setelah saya berada di rumah kembali. Bahkan pada malam Natal yang terakhirpun, saya lebih senang merayakannya di diskotik bersama dengan anak-anak muda lainnya daripada bersama dengan Daddy, di situlah untuk pertama kalinya saya melihat Daddy mengeluarkan air Mata.

Karena kebutuhan saya akan narkoba semakin meningkat, maka akhirnya saya mencuri uang tabungan yang seyogianya untuk masa tuanya Daddy, Dan melarikan diri ke Jakarta dengan harapan di sana saya bisa mendapatkan pekerjaan Dan bisa hidup mandiri.

Pada Hari-Hari pertama saya tinggal numpang di rumah Om saya, Dan ternyata mencari pekerjaan di Jakarta itu tidaklah mudah, sehingga akhirnya saya terpaksa melamar bekerja di klab malam “Blue Ocean” sebagai pramuria. Kalau dahulu saya menari dengan Daddy, di sana saya terpaksa harus menari dengan pria yang sebaya dengan Daddy, bahkan tidak jarang di mana akhirnya saya

Bersedia untuk menemani mereka tidur di hotel.

Setelah satu bulan saya berada di Jakarta, saya menerima surat dari Daddy yang dialamatkan ke tempat kost saya, rupanya Daddy mengetahui alamat kost saya dari Om. Dalam seminggu saya menerima tiga surat bahkan terkadang lebih, tetapi tidak satu surat pun yang pernah saya balas, boro-boro dibalas, dibukapun tidak masalahnya saya merasa malu Dan tidak berani membaca surat dari Daddy, saya merasa berdosa terhadap Daddy, bahkan saya merasa jijik terhadap diri saya sendiri.

Sudah lebih dari satu tahun saya di Jakarta, tumpukan surat yang dikumpulkan sudah Ada beberapa dus semuanya saya simpan dengan rapi, hanya sayangnya ini hanya sekedar pajangan saja bagi saya, karena saya tidak berani Dan mau membukanya. Saya tidak ingin mengetahui bahwa gadis kesayangannya Daddy, gadis yang sedemikian IA banggakannya, telah menjadi seorang pramuria, seorang prostitusi, bahkan sudah menjadi pencandu berat narkoba.

Beberapa Hari sebelum Natal, saya menerima surat lagi yang ditulis dengan tulisan tangan yang sama, Dan bentuk sampul yang sama, tetapi kali ini tidak dikirim melalui pos maupun ke alamat kost saya, melainkan dikirim Dan dititipkan secara langsung ke klab malam tempat di mana saya bekerja. Dan ketika saya menanyakan siapa yang menitipkan surat tersebut, ternyata dari

Gambaran yang diberikan adalah Daddy sendiri yang telah khusus datang ke Jakarta untuk mengantarkan surat tersebut.

Ini kali saya sudah tidak tahan lagi untuk membukanya, dengan air Mata yang turun berlinang saya baca surat tersebut, yang isinya sebagai berikut: “Lily my dearest beloved princess, Daddy sudah sejak lama tahu di mana kamu bekerja, permohonan Daddy hanya satu saja: “Maukah kamu pulang kembali ke rumah untuk menari bersama dengan Daddy ?”

Setelah membaca surat tersebut, saya langsung pulang ke tempat kost untuk membaca ratusan surat - surat lainnya yang belum saya buka, ternyata semua surat isinya sama, di mana hanya tertulis satu pertanyaan saja yang ditulis dengan tangan: “Maukah Lily menari kembali bersama dengan Daddy ?”

Hari itu juga saya langsung mengambil keputusan untuk pulang ke rumah. Karena menjelang Natal, maka hampir semua pesawat fully book, sehingga terpaksa saya membeli tiket dengan harga yang berkali lipat lebih tinggi hanya dengan satu harapan saja agar saya bisa tiba di rumah sebelum malam Natal nanti.

Setibanya saya dirumah, saya langsung dipeluk dengan erat oleh Daddy, air matanya turun berlinang dengan deras membasahi kepala saya. Dengan suara terisak-isak Daddy bertanya sekali lagi: “Maukah Lily menari kembali bersama dgn Daddy ?” Saya mengangguk sambil menjawab: “YA, tapi apakah Daddy tahu, bahwa Lily yang sekarang ini bukanlah princess Daddy yang dahulu lagi ? Saya adalah seorang prostitusi yang kotor, bahkan yang telah mengidap penyakit AIDS, apakah Daddy tidak malu menerima saya kembali, apakah Daddy tidak takut ketularan penyakit saya ?”

Daddy tidak berkata sepatah katapun juga, IA hanya pergi memutar lagu kesayangannya “My Last Waltz”, Dan memeluk saya dgn penuh kasih untuk mengajak saya menari seperti pada Hari-Hari Natal sebelumnya , hanya ini kali diiringi oleh irama lagu, juga oleh tetesan air mata yang turun berderai.

Tanpa saya ketahui, sejak Daddy ditinggal oleh saya, ia sering begadang menunggu dan mengharapkan kedatangan saya kembali, di samping itu karena rasa duka yang sedemikian mendalamnya, sehingga akhirnya ia jatuh sakit kanker, dua minggu setelah Natal Daddy menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Rupanya ia mengetahui bahwa bahwa hari-hari terakhirnya telah mendekati, oleh sebab itulah ia telah memaksakan diri, walaupun dalam keadaan sakit sekalipun juga khusus untuk mengantarkan surat bagi saya ke Jakarta, hanya untuk mewujudkan keinginannya yang terakhir dimana ia bisa mendapatkan kesempatan sekali lagi menari dengan putri kesayangannya. Masih terngiang-ngiang dikuping saya lirik dari lagu kesayangannya “The Last Waltz”

.

A little girl alone and so shy

I had the last waltz with you

Two lonely people together

I fell in love with you

The last waltz should last forever

But the love we had was goin' strong

Menjelang Natal ini, banyak sekali orang tua yang mengharapkan dan menunggu kedatangan dari anak-anaknya. Bagaimanapun keadaan dan situasi Anda pada saat sekarang ini, orang tua kita bisa menerima kita apa adanya, dengan segala kelemahan maupun kelebihan kita, terlebih lagi mereka tidak mau mengingat kesalahan-kesalahan kita di masa lampau, yang mereka inginkan

hanya satu saja ialah dapat melihat dan memeluk putera dan puterinya kembali. Berapa lama lagi Anda akan menyuruh mereka menunggu ? Datang Dan kembalilah sebelum terlambat ! Kalau keadaan tidak memungkinkan, telponlah mereka sambil mengatakan:

I love you Mom & Dad

Merry Christmast

Renungkanlah: Apabila kita manusia yang penuh dosa bisa mengasihi sedemikian rupa, betapa lebih besar kasih Allah, sang Bapa yang tanpa dosa dan yang tidak pernah memikirkan diri sendiri, mengasihi kita ? (Matius 7:11)

Ya, Bayi Suci di Betlehem,

belailah kami dengan tangan-Mu yang mungil,

peluklah kami dengan lengan-Mu yang kecil, tembuslah hati kami dengan

tangis-Mu yang lembut dan manis.

Datanglah kepada kami, tinggallah bersama kami,

Ya Tuhan Emmanuel

Amin

Maranatha

Suatu hari aku memutuskan untuk berhenti ...
berhenti dari pekerjaanku, berhenti dari hubunganku dengan sesama dan
berhenti dari spiritualitasku.

Aku pergi ke hutan untuk bicara
dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya.
"Tuhan", kataku. "berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti?"

Dia memberi jawaban yang mengejutkanku.
"Lihat ke sekelilingmu", kataNya. "Apakah engkau memperhatikan tanaman
pakis dan bambu yang ada dihutan ini?"
"Ya", jawabku.

Lalu Tuhan berkata, "Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam
dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya.
Aku beri mereka air. Pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna
hijaunya yang menawan menutupi tanah. Namun, tidak ada yang terjadi dari
benih bambu. Tapi, Aku tidak berhenti merawatnya.

Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak
lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tetapi Aku
tidak menyerah terhadapnya. "

"Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu,
tapi Aku tetap tidak menyerah. Begitu juga dengan tahun ke empat. "

"Lalu pada tahun ke lima, sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam
tanah. Bandingkan dengan pakis, itu kelihatan begitu kecil dan
sepertinya tidak berarti.

Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian
lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan
akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia
butuhkan untuk bertahan.
Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka
tangani. "

"Tahukan engkau anakKu, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau
sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu.
Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu. "

Tuhan berkata "Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu
itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis. Tapi
keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah."
"Saat mu akan tiba", Tuhan mengatakan itu kepadaku. "Engkau akan tumbuh
sangat tinggi"
"Seberapa tinggi aku harus bertumbuh?" tanyaku.
"Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?" Tuhan balik
bertanya.
"Setinggi yang mereka mampu?" Aku bertanya "Ya." jawabNya, "Muliakan Aku
dengan pertumbuhan mu, setinggi yang engkau dapat capai."

Lalu aku pergi meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Allah tidak akan
pernah menyerah terhadap ku. Dan Dia juga tidak akan pernah menyerah
terhadap Anda.

Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini Anda jalani sekalipun itu
hanya untuk satu hari.
Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan; hari-hari yang kurang baik
memberikan pengalaman; kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.


Touching story from India

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca Koran, "berapa lama lagi

kamu

baca koran itu? tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang

untuk makan."

Aku taruh Koran dan melihat anak perempuanku satu2nya,namanya Sindu

tampak

ketakutan,air matanya banjir. Di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi

susu asam/yogurt (nasi khas India /curd rice). Sindu anak yang manis dan

termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka

makan

curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau

makan

curd rice ada "cooling effect". Aku mengambil mangkok dan berkata,

"Sindu

sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini?

Kalau

tidak ,nanti ibumu akan teriak2 sama ayah."

Aku bisa merasakan istriku cemberut dibelakang punggungku. Tangis Sindu

mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata, "boleh

ayah.

Akan saya makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok, tapi semuanya

akan saya habiskan, tapi saya akan minta..." agak ragu2 sejenak. ".akan

minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau

berjanji

memenuhi permintaan saya?"

Aku menjawab, "Oh pasti sayang".

Sindu tanya sekali lagi, "betul nih ayah?"

"Yah pasti.." sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan

lembut sebagai tanda setuju.

Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama,istriku menepuk

tangan

Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, "janji" kata istriku.

Aku

sedikit khawatir dan berkata: "Sindu jangan minta komputer atau barang2

lain

yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang." Sindu

menjawab, "jangan khawatir ,Sindu tidak minta barang2 mahal kok."

Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita

,dia

bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah

sama

istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak

disukainya. Setelah Sindu melewati penderitaannya,dia mendekatiku

dengan

mata penuh harap. Dan semua perhatian (aku ,istriku dan juga ibuku)

tertuju

kepadanya. Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari

Minggu. Istriku spontan berkata, "permintaan gila, anak perempuan

dibotakin,tidak mungkin!" Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam

keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV. Dan program2 TV itu sudah

merusak kebudayaan kita. Aku coba membujuk: "Sindu kenapa kamu tidak

minta

hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak." Tapi Sindu tetap

dengan pilihannya, "tidak ada 'yah, tak ada keinginan lain," kata Sindu.

Aku coba memohon kepada Sindu, "tolonglah kenapa kamu tidak mencoba

untuk

mengerti perasaan kami."

Sindu dengan menangis berkata, "ayah sudah melihat bagaimana

menderitanya

saya menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk

memenuhi

permintaan saya kenapa ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri?

Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus

memenuhi

janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja

Harishchandra

(raja India jaman dahulu kala )untuk memenuhi janjinya rela memberikan

tahta, harta/kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri."

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, "janji kita

harus

ditepati." Secara serentak istri dan ibuku berkata, "apakah aku

sudah gila?"

"Tidak," jawabku, "kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan

pernah

belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri."

"Sindu permintaanmu akan kami penuhi."

Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan

bagus.

Hari Senin ,aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak

berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum

aku

membalas lambaian tangannya. Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil

sambil berteriak, "Sindu tolong tunggu saya." Yang mengejutkanku

ternyata

kepala anak laki2 itu botak. Aku berpikir mungkin "botak" model jaman

sekarang.

Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan

berkata,

"anak anda ,Sindu, benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia

sekarang, Harish adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia."

Wanita

itu berhenti sejenak ,nangis tersedu-sedu, "bulan lalu Harish tidak

masuk

sekolah,karena pengobatan chemo therapy kepalanya menjadi botak jadi dia

tidak mau pergi kesekolah takut diejek/dihina oleh teman2 sekelasnya.

Nah,

Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk

mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul2 tidak menyangka

kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish.

Tuan

dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang

berhati

mulia."

Aku berdiri terpaku dan aku menangis. Malaikat kecilku tolong ajarkanku

tentang kasih.

Love VS Like

Pacaran itu suatu hal yang
mengesankan
dan
harus dipertahankan jika memang udah
sepadan.

Seperti kata kata berikut,

CiNTA tak pernah akan begitu indah,
jika tanpa
persahabatan.....
yang satu selalu menjadi penyebab yang
lain dan
prosesnya...adalah iRREVERSIBLE......

Seorang pecinta yang terbaik adalah
sahabat yang
terhebat.
Jika kamu mencintai seseorang,
jangan berharap bahwa seseorang itu
akan
mencintai kamu persis sebaliknya dalam
kapasitas yang sama.

Satu diantara kalian akan memberikan
lebih, yang
lain akan dirasa kurang.
Begitu juga dalam kasus kamu yang
mencari, dan
yang lain akan menanti.

Jangan pernah takut untuk jatuh cinta.
Mungkin akan begitu menyakitkan, dan
mungkin
akan menyebabkan kamu sakit dan
menderita.
Tapi jika kamu tidak mengikuti kata
hati, pada
akhirnya kamu akan menangis jauh lebih
pedih...
karena saat itu menyadari bahwa kamu
tidak
pernah memberi....

Cinta itu sebuah jalan.
Cinta bukan sekedar perasaan, tapi
sebuah
komitmen.
Perasaan bisa datang dan pergi begitu
saja.
Cinta tak harus berakhir bahagia,
karena cinta
TiDAK HARUS berakhir

Cinta sejati mendengar apa yang tidak
dikatakan
dan mengerti apa yang tidak dijelaskan,
sebab cinta tidak datang dari bibir
dan lidah atau
pikiran...
melainkan dari HATI.

Ketika kamu mencintai, jangan
mengharapkan
apapun sebagai imbalan,
karena jika kamu demikian,
kamu bukan mencintai, melainkan
investasi.

Jika kamu mencintai, kamu harus siap
untuk
menerima penderitaan.
Karena jika kamu mengharap kebahagiaan,
kamu bukan mencintai....melainkan
memanfaatkan.

Lebih baik kehilangan harga diri dan
egomu
bersama seseorang yang kamu cintai
dari pada kehilangan seseorang yang
kamu cintai
karena egomu yang tak berguna itu..

Bagaimana aku akan berkata
"SELAMAT TINGGAL "....
kepada seseorang yang tidak pernah aku
miliki ??

Kenapa tetes air mata jatuh demi
seseorang yang
tidak pernah menjadi kepunyaanku ??

Kenapa aku merindukan seseorang yang
tidak
pernah bersamaku dan kubertanya,

kenapa aku mencintai seseorang yang
cintanya
tidak pernah untukku ??

Sangat sulit bagi dua orang yang
mencintai satu
sama lain ketika mereka tinggal dalam
dua dunia
yang berbeda..........
Tapi ketika kedua dunia ini melebur
dan menjadi
satu,
itulah yang disebut
KEAJAIBAN !!

Jangan mencintai seseorang seperti
bunga karena
bunga mati kala musim berganti,
Cintailah mereka seperti angin, sebab
angin
bertiup selamanya........

Cinta mungkin akan meninggalkan hatimu
bagaikan kepingan2 kaca,
tapi tancapkan dalam pikiranmu, bahwa
ada
seseorang
yang akan bersedia untuk menambal
lukamu
dengan
mengumpulkan kembali pecahan- pecahan
kaca itu
sehingga kamu akan menjadi utuh
kembali......

"Dream can change, but Love is forever"

LoVe Or LiKe ???
Don't EVER leave the one you love for
the one you
like
because the one you like will leave
you for the one
they love...
tonight your true love will realize
how much they
love you

.:.:.:.

If you REALLY LIKE (or LOVE) SOMEONE
right
now
AND MISS THEM
and can't get them out of your head
then re-post this within 1 minute with
the title
LOVE VS LIKE and whoever you are
missing


KOK BERAT SIH

Jam 7 malam.
Sudah cukup lama aku berkutat dengan pekerjaanku. Aku bersiap-siap untuk meninggalkan kantor. Dengan enggan kuangkat tas berat itu ke pundakku. Beban yang menekan di pundakku terasa begitu mengganggu, tapi aku memang harus membawa tas ini.

Di perjalanan pulang, aku mengendarai sepeda motorku masih dengan konsentrasi pada tas yang membebani pundakku.


Seorang anak kecil menyeberang dengan sepedanya tanpa melihat ke kiri dan ke kanan. Huh, aku memaki dalam hati. Kecil kecil sudah menyebalkan, gimana gedenya nanti.


Aku melanjutkan perjalanan masih dengan sejuta omelan dalam hati. Ingin rasanya cepat sampai di rumah, supaya aku bisa beristirahat.


Suara klakson yang berbunyi nyaring mengagetkan aku dari lamunanku.

Kulirik spion dan kulihat seorang anak muda dengan mobil mewahnya membunyikan klakson dengan nada tak sabar.


Huh, kenapa sih dengan orang-orang ini? Emangnya dia nggak lihat kalau jalanan emang lagi macet? Emangnya dikira enak membawa tas seberat ini?


Ketika sampai di rumah, ternyata perasaan nyaman yang kuimpikan tak dapat kutemui.
Suasana hiruk pikuk keluargaku terasa seperti dentuman-dentuman keras di kepalaku.

Lagi-lagi aku memaki dalam hati.
Aku capek. Aku ingin istirahat. Berat sekali yang harus aku angkat.
Kenapa sih nggak ada yang mau mengerti?

Malam hari. Akhirnya aku memperoleh ketenangan. Aku bisa tidur dan beristirahat. Tapi tas besar dan berat ini terasa mengganggu sekali. Aku tak bisa tidur. Tapi aku tak bisa melepaskannya. Aku kesal.

"Bapa, kenapa sih berat sekali? Sungguh-sungguh sangat mengganggu... "
Aku mengeluh sambil meneteskan air mata.

"Mengapa engkau tidak meletakkan tas itu anakKu?"

"Tapi aku tak bisa Bapa"

"Kenapa?"

"Lihatlah, semua tas ini berlabelkan tanggung jawab. Semua harus aku bawa setiap saat, aku tak bisa meletakkannya.
Tas hitam yang paling besar ini, lihat tulisan di depannya, PEKERJAAN.
Semua tanggung jawab pekerjaanku ada di dalamnya. Lalu yang coklat ini, KELUARGA. Aku juga tak bisa meletakkannya. Semuanya adalah bebanku. Dan yang biru ini, PELAYANAN. Engkau tentu tak ingin aku meletakkannya bukan?"

Aku berusaha menjelaskan.

Bapaku yang baik hanya tersenyum, lalu mendekatiku.
"Kemarilah, Aku ingin melihatnya."
Ia melihat tas hitam besar yang kuletakkan di pundakku.
"AnakKu, engkau dapat meletakkan tas ini. Ini memang tanggung jawab pekerjaanmu. Dan engkau memang harus menanggungnya. Namun saat engkau melangkah keluar dari kantor, engkau dapat meletakkan tas ini di samping meja kerjamu. Tenanglah, tidak akan ada yang
mengambilnya. Lagi pula semua isinya adalah tanggung jawabmu bukan?
Percayalah, tak akan ada yang tertarik untuk mengambil tas ini, sehingga keesokan hari, saat engkau kembali ke kantor, pasti tas ini akan tetap ada di
sana, dimana engkau meletakkannya. Dan engkau dapat mengambilnya kembali dan melanjutkan tanggung jawabmu".

Ia tersenyum menunggu jawabanku.
"Benar Bapa, tapi aku tak dapat meletakkannya. Ia melekat terus di pundakku".

Ia menatapku dengan penuh kasih, lalu perlahan mengambil tas itu dari pundakku.

"Kemarilah anakKu. Di saat engkau tak dapat meletakkannya, Aku dapat membantumu untuk meletakkannya. Dan esok, Aku pun dapat membantumu untuk mengenakannya kembali."

Ia meletakkan tas hitam itu di dekat tempat tidurku.
Rasanya pundakku lega sekali.
Tas paling berat yang selalu menekanku telah diambil.
Aku menggerak-gerakkan pundakku sambil tersenyum.
"Engkau benar Bapa, rasanya enak sekali. Ringan. Besok aku akan lebih siap untuk melanjutkan pekerjaanku. Esok, pasti tas itu tidak akan terasa terlalu berat lagi".

Aku menatap wajah Bapaku yang penuh kasih.
Sungguh indah senyum dan sinar mataNya.
Ia menatap tas coklat di pundakku.
"Lalu itu? engkau tidak ingin meletakkannya juga?"

"Bapa, aku tidak bisa. Ini adalah tanggung jawab KELUARGA. Kemanapun aku
pergi aku harus membawanya."

"AnakKu, Aku sungguh bahagia karena engkau memperhatikan setiap tanggung jawab yang kuberikan padamu mengenai keluargamu. Tapi engkau pun tak boleh lupa, bahwa keluargamupun adalah milikKu. Dan aku memelihara setiap kepunyaanKu. Engkau memang harus membawa tas itu bersamamu, tapi sesekali letakkanlah, agar engkau dapat bermain dengan bebas dengan keponakanmu, bercanda dengan kakakmu, atau sekedar berbincang dan bercerita dengan orang tuamu. Rasanya belakangan ini Aku jarang melihatmu melakukannya".

Aku tertunduk malu.
Ia benar. Aku membawa tas ini kemana-mana, dan kulaksanakan setiap tanggung jawab untuk keluargaku, tapi sepertinya ternyata tas ini menjadi jauh lebih berharga dari pada kehadiran keluargaku sendiri.

Sekali lagi Bapa mengambil tas dari pundakku.
"Mari anakKu, letakkanlah. Di saat engkau perlu, letakkanlah. Karena engkau dapat yakin, walaupun engkau meletakkannya dan meluangkan waktu dengan keluargamu, Akulah yang akan tetap menjagamu dan keluargamu".

Dan pundakku menjadi jauh lebih lega.
Kini hanya tinggal satu tas biru yang masih memberati pundakku.
"Bapa, tas yang satu ini sungguh-sungguh tak dapat kuletakkan. Setiap saat setiap waktu aku harus membawanya. Karena setiap detik kehidupanku adalah pelayananku untukMu. Engkau tentu tak ingin aku meletakkannya bukan?"

"Hmm... benar juga".
Aku terkejut mendengar jawabanNya. Sepertinya agak tidak sesuai harapanku. Ia telah membantuku meletakkan kedua tasku sebelumnya, dan sepertinya aku sungguh-sungguh berharap agar tas ini juga dapat kulepaskan.

"Mari coba kulihat tas itu"
Ia melihat dan meraba tas biru yang masih melekat di pundakku.

"Anakku, sepertinya ada yang salah dengan tasmu ini. Kemarilah, coba lepaskan".

Ia mengambil tas biruku.
"Anakku, engkau benar. Aku ingin agar engkau selalu melayaniKu dalam setiap detik kehidupanmu. Dan percayalah, itu sungguh-sungguh menyenangkan hatiKu. Tapi sepertinya tasmu ini bahannya terlalu berat, sehingga menekan pundakmu terlalu berat."

Kemudian Ia memberikan aku satu tas biru yang lain.
"Ini, pakailah tas ini sebagai gantinya. Ini merupakan tas dengan bahan KASIH. Jika engkau meletakkan semua pelayananmu di dalamnya, niscaya engkau tidak akan terbebani dengan tasmu ini".

Aku menerima tas baruku dari tanganNya, lalu memindahkan semua isi tas lamaku ke dalam tas berbahan KASIH itu.


Aku mencoba mengangkatnya. Ternyata Bapaku benar. Tas itu kini terasa ringan dan sungguh nyaman di pundakku.

Aku memandangNya penuh kasih.
"Terima kasih Bapa. Aku sungguh mengasihiMu. Terima kasih untuk pelajaranMu hari ini".

Pagi ini aku memulai hari dengan senyuman.
Istirahatku sudah cukup. Dan aku siap untuk menghadapi tantangan hari ini.
Di perjalanan, aku masih tetap bertemu orang-orang yang menyebalkan, namun tidak lagi memaki dalam hati, melainkan aku berdoa untuk mereka.
Mungkin mereka juga masih selalu membawa tas mereka kemana-mana atau mereka juga mengenakan tas dengan bahan yang salah. Banyak sekali. Aku melihat ada yang membawa dua tas besar, tiga bahkan empat. Tulisannya pun bermacam-macam, ada PEKERJAAN, KELUARGA, PELAYANAN, KULIAH, SEKOLAH, BISNIS, dan masih banyak lagi.

Memang tanggung jawab adalah sesuatu yang harus kita pikul dan harus kita selesaikan.
Tapi kita pun harus tetap belajar untuk menempatkan di saat mana kita harus mengangkat dan di saat mana kita harus meletakkan.

Dan aku terus belajar ...

Seseorang yang bijaksana pernah bertanya padaku:
"Mana yang lebih berat, mengangkat sebuah gelas dengan satu tangan selama 1 jam penuh, atau mengangkat gelas tersebut selama 10 menit lalu meletakkannya sejenak dan mengangkatnya kembali selama 10 menit dan demikian seterusnya sampai 1 jam?"

"Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu". Matius 11:28

"Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari". Matius 6:34


Buat semua sahabat dan kakak, adikku yang tengah memikul tasnya masing-masing...

*) Terinspirasi dari buku Serahkanlah Segalanya Kepada Dia karya Max Lucado

KISAH SEORANG IBU BERMATA SATU.
>
> Ibuku hanya memiliki satu mata.
>
> Aku membencinya... dia sungguh membuatku menjadi sangat memalukan.
> Dia bekerja memasak buat para murid dan guru di sekolah... untuk menopang
> keluarga. Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk di sekolah dasar dan
> ibuku datang. Aku sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia tega melakukan
> ini padaku? Aku membuang muka dan berlari meninggalkannya saat bertemu
dengannya.
>
> Keesokan harinya di sekolah...
> "Ibumu bermata satu?!?!".... ejek seorang teman.
>
> Akupun berharap ibuku segera lenyap dari muka bumi ini.
>
> Jadi kemudian aku katakan pada ibuku, "Ma... kenapa engkau hanya memiliki
> satu mata?! Kalau engkau hanya ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang,
> kenapa engkau tidak segera mati saja?!!!"
> Ibuku diam tak bereaksi.
>
> Aku merasa tidak enak, namun disaat yang sama, aku rasa aku harus
> mengatakan apa yang ingin aku katakan selama ini... Mungkin ini karena
> ibuku tidak pernah menghukumku, akan tetapi aku tidak berfikir kalau aku
> telah sangat melukai perasaannya.
>
> Malam itu...
> Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum.
> Ibuku sedang menangis disana terisak-isak, mungkin karna khawatir akan
> membangunkanku. Sesaat kutatap ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.
> Setelah aku mengatakan perasaanku sebelumnya padanya, aku merasa tidak
enak
> dan tertekan. Walau demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu
> mata. Jadi aku bertekad untuk menjadi dewasa dan menjadi orang sukses.
> Kemudian aku tekun belajar.
>
> Aku tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku ke Singapore.
> Kemudian aku menikah.Aku membeli rumahku dengan jerih payahku.
> Kemudian, akupun mendapatkan anak-anak, juga.
>
> Sekarang aku tinggal dengan bahagia sebagai seorang yang sukses.
> Aku menyukai tempat tinggal ini karena tempat ini dapat membantuku
melupakan ibuku.
> Kebahagiaan ini bertambah besar dan besar, ketika...
> Apa?! Siapa ini?!
> Ini adalah ibuku... Masih dengan mata satunya.
> Aku merasa seolah-olah langit runtuh menimpaku.
> Bahkan anak-anakku lari ketakutan melihat ibuku yang bermata satu.
> Aku bertanya padanya, "Siapa kamu?!. Aku tidak mengenalmu!!!" kukatakan
> seolah-olah itu benar. Aku memakinya, "Berani sekali kamu datang ke
rumahku
> dan menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR DARI SINI!! SEKARANG JUGA!!!".
> Ibuku hanya menjawab, "Oh, maafkan aku. Aku mungkin salah alamat."
Kemudian
> ia berlalu dan hilang dari pandanganku.
> Oh syukurlah... Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega. Kukatakan pada
diriku
> kalau aku tidak akan khawatir, atau akan memikirkannya lagi. Dan akupun
> menjadi merasa lebih lega...
>
> Suatu hari, sebuah undangan menghadiri reuni sekolah dikirim ke alamat
> rumahku di Singapore. Jadi, aku berbohong pada istriku bahwa aku akan
> melakukan perjalanan dinas. Setelah menghadiri reuni sekolah, aku
> mengunjungi sebuah gubuk tua, dulu merupakan rumahku... Hanya sekedar
ingin tahu saja.
> Di sana, aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin. Tapi aku tidak
> melihatnya ia mengeluarkan air mata. Ia memegang selembar surat
ditangannya... Sebuah surat untukku.
>
> "Anakku...
> Aku rasa hidupku cukup sudah kini...
> Dan... aku tidak akan pergi ke Singapore lagi...
> Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila aku mengharapkan engkau yang
datang
> mengunjungiku sekali-kali? Aku sungguh sangat merindukanmu...
> Dan aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engkau datang pada reuni
> sekolah. Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahan. Demi
engkau...
> Dan aku sangat menyesal karna aku hanya memiliki satu mata, dan aku telah
> sangat memalukan dirimu.
> Kau tahu, ketika engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan,
> dan kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa
> tinggal diam melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya memiliki satu
> mata. Jadi kuberikan salah satu mataku untukmu... Aku sangat bangga akan
> dirimu yang telah dapat melihat sebuah dunia yang baru untukku, di
> tempatku, dengan mata tersebut. Aku tidak pernah merasa marah dengan apa
> yang kau pernah kau lakukan... Beberapa kali engkau memarahiku... Aku
> berkata pada diriku, 'Ini karena ia mencintaiku...'
>
> Anakku... anakku..."
>
> Pesan (di atas) ini sungguh memiliki sebuah arti yang sangat mendalam dan
> dikirim untuk mengingatkan banyak orang bahwa kebaikan yang telah mereka
> nikmati selama ini adalah berkat seseorang, entah secara langsung maupun
> tidak langsung. Renungkan sesaat dan lihatlah dirimu!. Berterima kasihlah
> akan apa yang kamu miliki saat ini dibandingkan dengan jutaan orang yang
> tidak memiliki kehidupan seperti yang engkau peroleh saat ini !.
> Bawalah (selalu) ibumu dalam doa dimana saja engkau berada !.

Jangan Pernah Berhenti Berbuat Baik

> Bryan hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri dipinggir

jalan

> itu,tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita tua itu

> membutuhkan pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiacnya di

> depan mobil Mecedes wanita tua itu, lalu ia keluar dan menghampirinya.

> Walaupun dengan wajah tersenyum wanita itu tetap merasa khawatir,

> karena setelah menunggu beberapa jam tidak ada seorang pun yang

> menolongnya.

> Apakah lelaki itu bermaksud menyakitinya?

> Lelaki tersebut penampilanya tidak terlalu baik, ia kelihatan begitu

> memprihatinkan. Wanita itu dapat merasakan kalau dirinya begitu

> ketakutan, berdiri sendirian dalam cuaca yang begitu dingin,

> sepertinya lelaki tersebut tau apa yang ia pikirkan. Lelaki itu

> berkata " saya kemari untuk membantu anda bu, kenapa anda tidak

> menunggu didalam mobil bukankah disana lebih hangat? oh ya nama saya

> Bryan.

> Bryan masuk kedalam kolong mobil wanita itu untuk memperbaiki yang

> rusak. Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor dan

> lelah, wanita itu membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara

> kepadanya, ia berkata bahwa ia dari st louis dan kebetulan lewat jalan

> ini. Dia merasa tidak cukup kalau hanya mengucapkan terima kasih atas

> bantuan yang telah diberikan.

> Wanita berkata berapa yang harus ia bayar, berapapun jumlahnya yang ia

> minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa yang akan

> terjadi jika lelaki tersebut tidak menolongnya. Bryan hanya tersenyum.

> Bryan tidak mengatakan berapa jumlah yang harus dibayar, karena

> baginya menolong orang bukanlah suatu pekerjaan. Ia yakin apabila

> menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan

> suatu hari nanti Tuhan pasti akan membalas amal perbuatanya.

> Ia berkata kepada wanita itu " Bila Anda benar-benar ingin membalas

> jasa saya, maka apabila suatu saat nanti apabila Anda melihat

> seseorang yang membutuhkan pertolongan maka tolonglah orang tersebut

> "...dan ingatlah pada saya". Bryan menunggu sampai wanita itu

> menstater mobilnya dan menghilang dari pandangan.

> Setelah berjalan beberapa mil wanita itu melihat kafe kecil, lalu ia

> mampir kesana untuk makan dan beristirahat sebentar. Pelayan datang

> dan memberikan handuk bersih untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

> Wanita

> itu memperhatikan sang pelayan yang sedang hamil, dan masih begitu

> muda.

> Lalu ia teringat kepada Bryan Setelah wanita itu selesai makan dan,

> sang pelayan sedang mengambil kembalian untuknya, wanita itu pergi

> keluar secara diam-diam.

> Setelah kepergiannya sang pelayan kembali, pelayan itu bingung kemana

> wanita itu pergi, lalu ia menemukan secarik kertas diatas meja dan

> uang $1000. Ia begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis oleh

> wanita

> itu: "Kamu tidak berhutang apapun pada saya karena seseorang telah

> menolong saya, oleh karena itulah saya menolong kamu, maka inilah yang

> harus kamu lakukan: "Jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta dan

> kasih sayang".

> Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, ia berfikir mengenai uang dan

> apa yang di tulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita itu bisa tahu

> kalau ia dan suaminya sangat membutuhkan uang untuk menanti kelahiran

> bayinya?

>

> Ia tahu bagaimana suaminya sangat risau mengenai hal ini, lalu ia

> memeluk suaminya yang terbaring disebelahnya dan memberikan ciuman

> yang lembut sambil berbisik :"semuanya akan baik-baik saja, I Love You

> Bryan"

>

> Moral dari kisah di atas : "Segala sesuatu yang berputar akan selalu

> berputar", karena itu janganlah berhenti berbuat kebaikan dalam

> hidupmu.

>