Kamis, 20 November 2008

HADIAH CINTA SEORANG IBU...

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan

penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia

membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu

itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang

ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah

telinga! Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh

menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya

saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas

pulang ke Rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang

menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan

tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki

besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh." Anak lelaki itu tumbuh

dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman

sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis.

Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,"Bukankah

nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati

ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu

dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya

percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus

ada

seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian,

orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan

telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu.

Dan

tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang

tak

ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus

segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua

ini sangatlah rahasia." kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses.

Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah

menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari

sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai

seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa

yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat

sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."

Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati

ornag yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya

melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk

mengetahui semua rahasia ini." Tahun berganti tahun. Kedua orangtua

lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang

menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu

berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan

perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur

kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah... bahwa sang ibu tidak

memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa

memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun

menyadari

bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?" Kecantikan yang

sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta

karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada

apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa

yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah

dikerjakan

namun tidak diketahui.

Tidak ada komentar: